Friday, March 3, 2017

Sekilas tentang Budaya di Kabupaten Kepulauan Selayar - Part 1





Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Selatan. Sesuai dengan namanya Kabupaten ini terdiri dari beberapa gugusan pulau. Lokasi dari kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat melalui gambar di bawah. Daerah ini memiliki kekhususan yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi dan terdiri dari gugusan beberapa pulau sehingga membentuk suatu wilayah kepulauan. Gugusan pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar secara keseluruhan berjumlah 130 buah, 7 di antaranya kadang tidak terlihat (tenggelam) pada saat air pasang. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar meliputi 1.357,03 km² wilayah daratan (12,91%) dan 9.146,66 km² wilayah lautan (87,09%). Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada koordinat (letak astronomi) 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' - 122°30' bujur timur.
Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki salah satu tempat yang sangat dikenal oleh banyak orang bukan hanya dalam negeri tapi juga dalam manca negara yaitu Taman Nasional Taka Bonerate. Bagaimana tidak di tempat inilah letak karang atol terbesar ke-tiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan St Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maldives. Luas atol tersebut sekitar 220 ribu hektare, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi. Tempat ini merupakan objek wisata bahari natural.
Namun dalam kesempatan ini admin tidak akan terlalu banyak menulis tentang tempat wisata tersebut, namun lebih memperkenalkan beberapa budaya yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar. Kenapa? karena jika dilihat kembali pada perkembangan dzaman yang kian modern beberapa budaya bukan hanya di Selayar, sudah mulai luput dari perhatian massa dan tidak menutup kemungkinan akan terlupakan dalam beberapa puluh tahun ke depan. Di Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri ada beberapa budaya yang meerlukan perhatian mulai dari dalam bentuk tari, lagu, dan beberapa budaya yang lainnya. Untuk mengetahui lebih jelas lagi silahkan lanjutkan membacanya dalam tulisan dibawah ini.
1. Tari Pangaru


Tari pangaru atau disebut juga hanaria pangaru merupakan tarian yang berasal dari Desa Sanbali, Kecamatan Pasinamaru Kabupaten Kepulauan Selayar. Tari panaru merupakan tarian magis, karena setiap gerakan para penarinya sangat berbahaya dengan menyayat bagian tubuh dengan menggunakan badig, keris, atau senjata tajam khas selayar .
Tarian ini diiringi oleh beberapa alat musik tradisional seperti gendang, gong dan alunan pui – pui. Iramanya yang khas dapat membangkitkan emosi para penari hingga tak sadarkan diri, para penari pun menusuk atau menyayat tubuh mereka dengan badig. Biasanya terdapat beberapa penonton yang ikut masuk ke dalam arena tari dan ikut melakukan tarian ini meskipun resikonya cukup berbahaya karena menggunakan senjata tajam. Meski demikian sangat jarang ada yang terluka meski terkena senjata tajam. Di akhir sesi biasanya dilanjutkan dengan adegan beladiri antara dua orang penari yang biasanya disebut dengan Kontau.
Selain penari terdapat juga dayang – dayang, pemimpin adat, dan para pemain music. Dan uniknya mereka menggunakan pakaian khas kerajaan. Tarian ini tercipta karena ungkapan rasa syukur kepada allah SWT dan rasa gembira atas ditemukannya sumber air untuk kehidupan masyarakat sekitar. Seiring dengan perkembangan jaman, Tari Pangaru pun dimodifikasi menjadi sebuah tarian hingga tradisi turun menurun yang senantiasa digelar pada acara – acara pesta.
2. Tari Pakarena Gantarang


Selain tari pakarena yang selama ini dimainkan oleh maestro tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu (alm) di kabupaten Gowa, juga ada jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu “Tari Pakarena Gantarang”. Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada masa lalu yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh kurang lebih empat orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada abad ke 17 tepatnya tahun 103 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata
 Tari Pakarena Gantarang diiringi alat music berupa gendang, kannong-kannong, gong, kancing dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang (tenunan tangan), lipa’ sa’be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-perhiasan khas Kabupaten Selayar. Tahun 2007, Tari Pakarena Gantarang mewakili Sulawesi Selatan dan Indonesia pada Acara Jembatan Budaya 2007 Indonesia–Malaysia di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC).
3. Manca Pa’dang dan Kongtau



Manca pa’dang merupakan kesenian bela diri yang menggunakan alat pertahanan diri berupa pedang dan diiringi alat music tradisional yang disebut pui – pui, Alat music pui- pui ini dimainkan dengan cara ditiup. Selain alat music pui – pui ada alat music lainnya seperti gendang dan gong. Ketiga alat music ini dimainkan dengan cara bersamaan sehingga menghasilkan music yang indah. 
Manca pa’dang biasanya ditampilkan pada upacara pernikahan atau pesta – pesta lainnya seperti upacara penyambutan tamu. Hal ini dipercaya kampung dalam keadaan aman, manca pa’dang sudah ada di selayar sejak kerajaan Gantarang Lalang Bata. Kerajaan yang berkuasa di selayar ketika itu kurang lebih sekitar abad 14 hingga abad 15.
Selain manca pa’dang ada kesenian bela diri yang tak jauh berbeda, namun bela diri yang satu ini tidak menggunakan senjata dan dikenal dengan sebutan kongtau. sudah ada di selayar sejak tahun 1980an yang dibawa oleh para penjajah.Seperti halnya manca pa’dang, kongtau pun sering ditampilkan pada pesta pernikahan ataupun penyambutan tamu.
4. A’tojeng

A’tojeng yang dalam bahasa selayar berarti ayun, kebudayaan yang satu ini menggunakan sejenis alat berupa ayunan raksasa yang cara memainkannnya diayun sekuat tenaga. Dan alat ayunan pun berbeda pada umumnya, bahan – bahan yang digunakan dalam membuat ayunan raksasa ini diantaranya adalah kayu, bamboo, akar pandita sejenis tumbuhan merambat yang digunakan untuk mengikat setiap ruas pada tiang – tiang setiap ruas, dan tak lupa tali penyangga, Tinggi tiang penyangganya sekitar 5 hingga 9 meter.
A’tojeng ada sekitar tahun 1600an pada saat raja dan pasukannya pulang dari medan perang, Dan untuk mengungkapkan rasa gembira mereka lakukan dengan cara bermain ayunan. . Biasanya a’tojeng pun ditampilkan sambil membacakan pantun khas selayar dengan pemain menggunakan baju khas selayar yang dikenal dengan sebutan baju lakhwu. 
5. Batti'-batti'

Budaya lainnya yang tak kalah menarik dari kepulauan selayar adalah batti' – batti'. Batti'–batti' merupakan tarian tradisional berbalas pantun, diiringi alat music tradisional seperti gambus dan rebana. Dan kesenian Batti'–batti' ini muncul pada tahun 1950, ketika itu kesenian ini dibawa oleh pelaut yang singgah di pantai Selayar.
Uniknya, pantun yang dikeluarkan oleh para penyanyi ini diucapkan secara spontan tanpa teks atau naskah. Sehingga hanya orang yang mampu berfikir secara cepatlah yang bisa menjadi penyanyi Batti'-batti'. Batti'-batti' biasanya dinyanyikan semalaman suntuk, mulai dari isyak hingga terbitnya sang fajar.
Batti'-batti' biasnya digelar pada pesta pernikahan ataupun acara pesta lainnya. Ada yang unik dari kesenian Batti'-batti' ini, keunikannya terlihat dari alat music gambusnya. Diujung alat music ini terdapat cermin yang dulu digunakan untuk melihat lawan jenis, karena waktu itu bertatap muka secara langsung dianggap tabu. Jadilah kini setiap pembuatan gambus terdapat cermin diujungnya.


Untuk mengetahui budaya yang lainnya di Kabupaten Kepulauan Selayar silahkan menunggu artikel dengan judul Sekilas Budaya di Kabupaten Kepulauan Selayar Part 2


0 comments:

Post a Comment