Selayar
adalah gugusan pulau-pulau yang terpisah dengan pulau Sulawesi. Saat ini kepulauan
selayar bisa dibilang membujur dari teluk bira sampai laut flores. Dengan pulau
terbesar ialah pulau selayar. Bahasa yang digunakan ada bermacam-macam seperti
- Bahasa selayar, bahasa yang paling banyak digunakan. Namun, ada beberapa perbedaan kata dalam bahasa selayar antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Bahasa ini, katanya merupakan rumpun dari bahasa Makassar dialek konjo
- Bahasa Bugis, sebagian besar digunakan di masyarakat kepulauan, seperti di pulau jampea (ujung), desa rajuni, dan sebagian di desa lambego dan pasi tallu
- Bahasa bonerate, di sebagian besar kecamatan pasimarannu seperti di pulau bonerate, pulau karumpa, kalao toa sampai di pulau madu
- Bahasa lambego di desa lambego
- Bahasa bajo di pesisir dan di ujung pulau-pulau terutama kecamatan pasimasunggu
- Bahasa laiyolo di desa laiyolo, bagian selatan daratan selayar
- Bahasa barang-barang di sebagian desa lowa’
- Bahasa appa’ tana di desa appa’ tana
Mengenai
penamaan “Selayar”, Ada banyak pendapat yang berbeda. Pendapat itupun merupakan
dugaan dari data sejarah yang sangat terbatas, seperti dari cerita rakyat,
cerita nenek moyang secara turun temurun. Namun, hingga saaat ini belum ada
sumber dan penelitian mengenai terbentuknya kepulauan selayar.
Kata selayar sebagai
sebuah nama wilayah/daerah mulai di kenal setelah Indonesia terbentuk. Sebelumnya,
pada masa pemerintahan belanda, mereka menyebutnya “Salaijer” atau “Salier”.
Masyarakat setempat menyebutnya “silajara”. Sedangkan dalam dialek bahasa Indonesia
menjadi “selayar”
Ada yang
mengemukakan bahwa penamaan selayar berasal dari kata “salah layar”, sesuai
dengan pernyataan dari bangsawan ternate yang mengemukakan bahwa pada abad XV, adik dari sultan ternate pernah berlayar dan kehilangan
arah hingga terdampar di sebuah pulau yang kemudian di namakan “selayar”. Namun,
menurut catatan yang lain selayar sudah dikenal semenjak abad ke XIII, yaitu
dua abad sebelum pelayaran adik dari sultan ternate
Kata “silajara”
dalam bahasa setempat bersal dari dua
suku kata yaitu “si” yang artinya satu dan “Lajara” yang memiliki arti penahan angina
yang bisa berarti layar pada perahu dan bisa berarti penutup pada rumah-rumah
yang berbentuk segitiga di belakang ataupun di depan rumah. Jadi, silajara
dalam hal ini di artikan sebagai “satu layar”.
Selain “selayar”
dan “silajara”, Selayar juga dikenal dengan nama “Tana Doang”. Penamaan ini
dalam bahasa selayar terdiri dari dua suku kata yaitu “tana” yang berarti
tempat, tanah, daerah atau pulau dan “doang” berarti udang, doa atau harapan. Jadi
dalam hal ini “tana doang” bisa dirtikan “pulau yang berbentuk udang” dan dapat
juga diartikan sebagai “pulau harapan”. Dalam Pengertian sebagai “pulau harapan”,
ada catatan yang menyebutkan bahwa dahulu, ketika ada pelaut yang berlayar dari
arah barat. Pada saat sampai di selat selayar mereka pantang menyebut nama “selayar”
tapi mereka menyebut “telah tampak Tana Doang”. Jika telah tampak Bira,
disebutlah pula “Doata” yang berarti doa / harapan kita. Dalam budaya
masyarakat setempat, Ketika A’limbang (menyebrang)
melewati selat selayar, biasanya mereka membuat sesajen yang diturungkan ke
laut dengan harapan pelayaran mereka sampai dengan selamat.
Jadi tidak
begitu jelas mengenai penamaan. Namun, bukan berarti tidak ada asal usul yang
jelas. Karena ada kemungkinan masih ada data ataupun catatan tentang selayar
yang tersembunyi di suatu tempat, ataupun cerita-cerita rakyat dari berbagai
daerah yang erbeda dengan yang kami tuliskan. Karena tulisan ini hanya untuk
berbagi cerita.
Pulau benbe, Dekat dengan pulau jampea dan sekitar 9 jam dari pulau selayar |
Bahasa bajo bukannya rata2 digunakn masyarakat takabonerate? Misalnya kayuadi bajo, dan pasitallu.
ReplyDeleteoke, nanti kami perbarui, terima kasih atas masukannya
Delete